VIVAnews - Pemerintah hingga saat ini belum memberikan kepastian langkah antisipasi kenaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi. Padahal hingga April 2011, anggaran subsidi BBM sudah mencapai Rp29,2 triliun atau 30,4 persen dari target Rp95,9 triliun sampai akhir tahun 2011.
Langkah hati-hati yang ditempuh pemerintah selama ini dikarenakan seluruh opsi antisipasi pembengkakan anggaran negara, akibat kenaikan harga minyak dunia, memiliki risikonya masing-masing.
Hal tersebut disampaikan Pelaksana Tugas Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, Bambang Brodjonegoro, di Jakarta, Jumat, 20 Mei 2011. "Tidak ada pilihan yang paling aman, semua ada risikonya, ada plus dan minusnya," kata dia.
Dia mengakui pihaknya terus memantau realisasi penyerapan anggaran BBM bersubsidi yang dianggap cukup besar untuk empat bulan pertama tahun 2011. Sementara, sejumlah pilihan antisipasi masih saja terus digodok pemerintah seperti menambah anggaran atau volume konsumsi BBM bersubsidi, atau melakukan upaya penyesuaian lainnya.
Bambang menjelaskan, pilihan menaikkan harga BBM bersubsidi dikhawatirkan akan meningkatkan ekspektasi laju inflasi. Sementara untuk menambah volume BBM bersubsidi, ditakutkan akan membuka peluang terjadinya kebocoran ataupun pelaksanaan yang tidak mulus di lapangan.
Kalaupun pilihannya menambah subsidi, Bambang mengatakan, hal itu pada akhirnya akan memperberat beban anggaran pemerintah.
Data Ditjen Mineral dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menunjukkan harga patokan minyak mentah Indonesia (ICP) sepanjang 4 bulan terakhir terus menunjukan kenaikan.
Jika pada Januari 2011, harga rata-rata terhitung ICP mencapai US$97,09 per barel, maka pada Februari angka tersebut naik menjadi US$103,31 per barel.
Langkah hati-hati yang ditempuh pemerintah selama ini dikarenakan seluruh opsi antisipasi pembengkakan anggaran negara, akibat kenaikan harga minyak dunia, memiliki risikonya masing-masing.
Hal tersebut disampaikan Pelaksana Tugas Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, Bambang Brodjonegoro, di Jakarta, Jumat, 20 Mei 2011. "Tidak ada pilihan yang paling aman, semua ada risikonya, ada plus dan minusnya," kata dia.
Dia mengakui pihaknya terus memantau realisasi penyerapan anggaran BBM bersubsidi yang dianggap cukup besar untuk empat bulan pertama tahun 2011. Sementara, sejumlah pilihan antisipasi masih saja terus digodok pemerintah seperti menambah anggaran atau volume konsumsi BBM bersubsidi, atau melakukan upaya penyesuaian lainnya.
Bambang menjelaskan, pilihan menaikkan harga BBM bersubsidi dikhawatirkan akan meningkatkan ekspektasi laju inflasi. Sementara untuk menambah volume BBM bersubsidi, ditakutkan akan membuka peluang terjadinya kebocoran ataupun pelaksanaan yang tidak mulus di lapangan.
Kalaupun pilihannya menambah subsidi, Bambang mengatakan, hal itu pada akhirnya akan memperberat beban anggaran pemerintah.
Data Ditjen Mineral dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menunjukkan harga patokan minyak mentah Indonesia (ICP) sepanjang 4 bulan terakhir terus menunjukan kenaikan.
Jika pada Januari 2011, harga rata-rata terhitung ICP mencapai US$97,09 per barel, maka pada Februari angka tersebut naik menjadi US$103,31 per barel.
Harga ICP kembali naik pada dua bulan terakhir dimana harga minyak mentah Indonesia pada Maret mencapai US$113,07 per barel dan naik menjadi US$123,36 per barel.
Harga ICP pada bulan lalu, untuk sementara tercatat sebagai harga tertinggi selama tahun 2011. Harga rata-rata selama Januari-April 2011 sendiri mencapai US$109,21 per barel. Sebagai informasi, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2011 menetapkan harga ICP sepanjang tahun ini berada pada level US$80 per barel.
Kendati terus menunjukan kenaikan, Kemenkeu sebelumnya menyatakan harga BBM Indonesia sampai kini masih yang terendah di kawasan Asia Timur, termasuk Australia. Rendahnya harga BBM di tanah air itu lebih dikarenakan pemerintah masih memberikan subsidi pada BBM.
Perbandingan harga BBM ini didasarkan pada negara-negara yang dianggap memiliki perkembangan ekonomi yang sama seperti Indonesia yaitu Filipina, Vietnam, dan India.
• VIVAnewsHarga ICP pada bulan lalu, untuk sementara tercatat sebagai harga tertinggi selama tahun 2011. Harga rata-rata selama Januari-April 2011 sendiri mencapai US$109,21 per barel. Sebagai informasi, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2011 menetapkan harga ICP sepanjang tahun ini berada pada level US$80 per barel.
Kendati terus menunjukan kenaikan, Kemenkeu sebelumnya menyatakan harga BBM Indonesia sampai kini masih yang terendah di kawasan Asia Timur, termasuk Australia. Rendahnya harga BBM di tanah air itu lebih dikarenakan pemerintah masih memberikan subsidi pada BBM.
Perbandingan harga BBM ini didasarkan pada negara-negara yang dianggap memiliki perkembangan ekonomi yang sama seperti Indonesia yaitu Filipina, Vietnam, dan India.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar